Mungkin dulu kita pernah berdosa, lalu terciptalah cinta yang tulus untukmu. Sempat kita jalani bersama, pernah kita lalui berdua. Pahit-manis, tangis-tawa, bahkan ketika aku mengeluh dalam sakitku, kamu juga merasakannya sekalipun kita terpisah jarak.
Banyak kisah yang kita rajut, banyak asa yang pernah tecipta, namun semua terenggut begitu saja. Kala semua terbentur oleh adat yang berbeda. Kala dua keyakinan berbeda, adat pun menjadi penghalang, sebentuk cinta yang tulus hanya akan terburai begitu saja. Tanpa pernah dapat dipersatukan lagi.
Tembok itu terlalu tinggi dan tebal, katamu dulu. Bawa aku lari dari sini, ucapku memohon. Namun kamu dengan tegas menolaknya. Kamu hanya meraihku dalam pelukan hangatmu. Kamu menciumiku dengan sangat lembut seakan kamu ingin memberitahuku : bahwa kamu sangat mencintaiku. Kamu memelukku erat, seolah kita tak akan terpisah lagi.
Sekali lagi aku memohon, namun kamu menolaknya lagi. Aku menangis di pelukanmu. Aku mencintaimu. Aku juga, katamu. Lalu kenapa kamu nggak mau membawaku pergi? Biarkan cinta itu menjadi milik kita selamanya. Cinta kita sebuah kesalahan, katamu lagi. Aku masih berusaha membantahnya, bukankah cinta nggak pernah salah? dia lahir dari hati yang tulus, cinta kita juga tulus. Cinta nggak pernah meminta pada hati mana ia tertambat, Cinta mencarinya sendiri. Lalu aku menangis lagi.
Cinta memang tak salah, namun mengatasnamakan Cinta untuk memilikimu adalah sebuah kesalahan. Dia sudah ada diantara kita. Dia sudah memilikimu. Aku yang harusnya pergi, membawa cintamu. Maafkan aku.
Aku hanya terpaku kala melihatmu pergi menembus hujan sore itu, 4 tahun yang lalu..
Dan bayangmu hadir kembali di balik rinai hujan sore ini..
Yogyakarta, 21 Agustus 2011
*for A.Sutanto. M (tanto/toan @ Sumbawa, NTB)
0 komentar:
Posting Komentar